Makan Bergizi Gratis dan Pembelajaran "Mindful Eating" Sejak Dini
Setiap tanggal 25 Januari, kita memperingati Hari Gizi Nasional. Makan Bergizi Gratis sebagai salah satu program unggulan pemerintah semestinya bisa memberikan pembelajaran tentang mindful eating atau makan secara sadar sejak dini, termasuk siswa sekolah.
Pemberian makanan di sekolah yang terjadwal saat makan siang semestinya bisa memberikan edukasi tentang pentingnya makan teratur bagi siswa di Indonesia untuk mencegah berbagai penyakit tidak menular (PTM) yang saat ini masih menjadi beban biaya kesehatan di Indonesia.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2024, tiga penyakit PTM yang menyumbang angka kematian tertinggi di Indonesia adalah stroke (330 ribuan kasus kematian), penyakit jantung sekitar 300 ribu kematian dan kanker juga mencapai 300 ribu kasus kematian.
Di era yang serba digital, kita tentu tidak menampik bahwa gawai adalah kebutuhan utama. Tidak jarang, aktivitas makan pun juga melibatkan gawai, misalnya sambil menonton film atau seri favorit, menggulir konten di media sosial (medsos), atau membalas pesan.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data persentase kelompok yang mengakses internet dalam tiga bulan terakhir pada tahun 2023, di mana mayoritas penduduk Indonesia berusia 25 tahun ke atas menempati posisi paling banyak, yakni sebanyak 58,63 persen.
Sementara itu, untuk kelompok usia 19-24 tahun, 14,69 persen telah mengakses internet. Kemudian, 7,47 persen remaja berusia 16-18 tahun juga telah mengakses internet dalam tiga bulan terakhir, dan kelompok usia 13-15 tahun sebanyak 6,77 persen mengakses internet. Sementara dalam kelompok usia 5-12 tahun, 12,43 persen anak-anak telah mengakses internet.
Data tersebut membuktikan bahwa anak usia sekolah dasar (SD) lebih banyak mengakses internet daripada usia SMP (13-15 tahun) dan SMA (16-18 tahun).
Di usia SD tersebut, anak-anak perlu diarahkan mengakses pengetahuan secara sehat, baik itu melalui media digital maupun media sosial. Pemberian Makan Bergizi Gratis di sekolah, memberikan kesempatan bagi guru untuk memberikan edukasi sekaligus memberikan pemahaman mengenai mindful eating.
Di sekolah, anak tentu lebih banyak berinteraksi dengan teman sebaya dan guru. Pemberian Makan Bergizi Gratis, apabila dimaknai secara lebih luas, tentu memberikan kesempatan pula bagi sesama siswa untuk berbagi pengetahuan maupun pengalaman makan sehari-hari di rumah. Mereka dapat saling berbagi lauk atau menu apa yang sering mereka konsumsi sehari-hari, yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk melakukan pendataan, sekaligus memberikan pembelajaran tentang gizi.
Dokter Spesialis Gizi Klinik Rumah Sakit Pondok Indah Raissa Edwina Djuanda memaparkan mindful eating sangat memengaruhi gizi yang masuk dalam tubuh, karena kita cenderung menjadi lebih memperhatikan makanan yang masuk ke tubuh, dan akan lebih merasakan apakah makanan tersebut segar, beraroma, berasa, dan lain sebagainya.
Karena tidak terganggu oleh aktivitas lain, seperti bermain gawai, maka kita juga cenderung mengunyah lebih lama, yang akan membantu tubuh untuk mencerna makanan lebih baik, sehingga nutrisi lebih mudah diserap.
Selain itu, melalui mindful eating, tubuh juga lebih bisa merasakan sinyal kenyang karena saat makan secara sadar, jenis dan porsi makanan yang dikonsumsi bisa dikendalikan.
Pemberian Makan Bergizi Gratis yang tidak hanya menyasar anak sekolah, tetapi juga ibu hamil, ibu menyusui, hingga balita, juga tepat untuk memberikan pengetahuan kepada orang tua mengenai pentingnya mengajarkan anak mindful eating sejak dini.
Berdasarkan informasi dari situs web Kemenkes, menurut penelitian oleh Pearson et al tahun 2018, balita yang makan sambil menonton gawai menunjukkan konsumsi rendah buah dan sayuran, serta peningkatan asupan makanan tidak sehat, seperti snack, biskuit, atau cokelat karena balita lebih mudah makan makanan tersebut saat menonton gawai, yang semuanya terbukti tinggi kadar gula, garam, dan lemak.
Pada penelitian tersebut juga disebutkan bahwa orang tua menjadi contoh yang kuat bagi balita untuk mengadopsi gaya makannya.
Sementara penelitian oleh Jusiene et al tahun 2019 menjelaskan bahwa anak usia kurang dari 5 tahun yang memiliki kebiasaan makan sambil menonton gawai memiliki dampak negatif yang luas, di antaranya keterlambatan perkembangan berbicara, memiliki kemampuan sosialisasi yang rendah, tidak mampu mengontrol atau mengekspresikan emosi, serta menurunnya kemampuan akademik di masa depannya. Penggunaan gawai juga akan menghambat perkembangan sensoris.
Terdapat beberapa cara untuk menerapkan mindful eating kepada anak. Pertama, yakni orang tua menjadi contoh dengan melibatkan anak dalam persiapkan makanan.
"Misalnya dalam belanja bahan makanan, mengolah, mencuci, memasak, agar mereka lebih menghargai makanan, kemudian rutin makan bersama-sama keluarga dengan membuat jadwal secara teratur," katanya.
Ia juga menyebutkan pentingnya memperkenalkan tentang gizi atau makanan sehat sedari dini dan membiasakan untuk memberi pujian pada anak jika mereka makan dengan baik.
Sejak diluncurkan pada 6 Januari 2025, makan bergizi gratis, saat ini telah dinikmati oleh 650.000 anak-anak di 31 provinsi.
Presiden menargetkan hingga akhir 2025 semua anak-anak Indonesia mendapatkan makan bergizi gratis. Dalam rentang waktu itu, target penerima makan bergizi gratis pada Januari — April 2025 sebanyak 3 juta anak, kemudian April — Agustus 2025 sebanyak 6 juta anak. Kemudian, target penerima makan bergizi gratis pada September 2025 sebanyak 15 juta anak.
“Anak-anak Indonesia harus kuat, harus cerdas, harus semangat, harus sekolah dengan baik. Saya percaya dalam waktu yang tidak lama kita akan melihat peningkatan hasil kemampuan akademis anak-anak kita,” kata Presiden Prabowo menyampaikan optimismenya terhadap dampak program makan bergizi.
Sementara Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menegaskan bahwa penambahan anggaran sebesar Rp100 triliun untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG) dilatarbelakangi keinginan Presiden Prabowo Subianto mempercepat pemenuhan target penerima manfaat yang berjumlah 82,9 juta orang.
Target tersebut, semula dijadwalkan terpenuhi pada akhir tahun 2025, namun diminta oleh Prabowo untuk dipercepat menjadi September 2025.
Karena Presiden ingin melakukan percepatan-percepatan, maka dibutuhkan tambahan biaya. Presiden bertanya kepada BGN, berapa kalau September mulai dilaksanakan untuk 82,9 juta? Akhirnya muncullah angka tambahan Rp100 triliun.
Terlepas dari banyak kasus dan kontroversi yang terjadi tentang Makan Bergizi Gratis, pemerintah memastikan terus melakukan evaluasi dan perbaikan dalam program tersebut.
Momentum Hari Gizi Nasional menjadi pengingat penting bahwa substansi dari program Makan Bergizi Gratis harus menitikberatkan pada kualitas dan narasi besar yang akan dibangun, sebagaimana slogan "Kamu adalah apa yang kamu makan" atau "You are what you eat."
Mindful eating, yang menekankan pembelajaran mengenai makan secara sadar dan berkualitas, perlu diterapkan dalam program Makan Bergizi Gratis untuk mewujudkan anak-anak Indonesia yang berkualitas pula, jika ingin mencapai target Indonesia Emas 2045.
Tulis Komentar